Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Buku Ilmu Dalam Perspektif ( Jujun S. Suriasumantri )

Review Buku Ilmu dalam Perspeltif kali ini saya akan memberikan beberapa point diantaranya yaitu Tujuan, Permasalahan, Pokok Pikiran, kesulitan-kesulitan serta kesimpulan 
Review Buku Ilmu Dalam Perspektif - Jujun S. Suriasumantri
Oleh : Ahmad Syafii,S.Kom,S.Pd


Tujuan : 

Pada buku ini mempunyai tujuan diantaranya yaitu menjelaskan beberapa asas yang melandasi tingkah laku para ahli yang menyebabkan ahli ilmu sosial mendapatkan kesulitan dalam menjelaskan, meramalkan dan mengontrol gejala-gejala sosial karena ilmu sosial dianggap tidak akan mempunyai derajat yang sama dengan ilmu-ilmu pengetahuan  alam yang lain. Ilmu-ilmu sosial selama bertahun-tahun telah menjadi arena sejumlah kritik. Ilmu sosial secara garis besar dianggap sebagai ‘ilmu yang tidak mungkin’. Argumentasi yang ada melihat bahwa gejala sosial adalah terlalu rumit untuk diselidiki. Ilmu sosial, yang membahas mengenai seluruh seluk beluk kehidupan manusia, dianggap tak mampu menangkap ke-kompleksitas-annya. Manusia memiliki gejala dan perilaku yang selalu berubah-ubah, inilah yang mendasari munculnya argumentasi tersebut. Namun, pandangan ini muncul disebabkan oleh kesalahan pada pemahaman tentang hakekat ilmu.

Permasalahan : 

Kajian yang berbeda-beda terhadap ilmu, merupakan konsekuensi dari perbedaan objek formal. Objek ilmu sosial yaitu manusia sebagai keseluruhan. Penelitian dalam ilmu sosial juga meimbulkan perbedaan pendekatan. Penelahan sosial tertarik pada keunikantiap-tiap kejadian sosial, padahal metode keilmuan hanya mampu mensitematikakan berdasarkan genaralisasi, maka keadaan ini menyebabkan harus ditetapkannya metode yang lain dalam ilmu-ilmu sosial yaitu:
  1. Objek penelaahan yang kompleks. Gejala sosial lebih kompleks dibandingkan dnegan gejala alam. Ahli ilmu alam berhubungan dengan satu jenis gejala, yakni gejala yang bersifat fisik. Gejala sosial juga mempelajari karakter fisik, namun diperlukan penjelasan yang lebih dalam untuk mampu menerangkan gejala tersebut. Guna menjelaskan hal ini berdasarkan hukum-hukum seperti yang terdapat dalam ilmu alam, tidaklah cukup.
  2. Kesukaran dalam pengamatan. Pengamatan langsung gejala sosial lebih sulit dibandingkan dengan gejal ilmu-ilmu alam. Ahli ilmu sosial tidak mungkin melihat, mendengar, meraba, mencium, atau mengecap gejala yang sudah terjadi di masa lalu. Seorang ahli pendidikan yang sedang mempelajari sistem persekolahan di jaman penjajahan, tidak dapat melihat sendiri kejadian-kejadian pada masa tersebut. 
  3. Objek penelaahan yang tidak terulang. Gejala fisik pada umumnya bersifat seragam, dan gejala tersebut dapat diamati sekarang. Gejala sosial banyak yang bersifat unik dan sukar untu terulang kembali. Abstraksi secara tepat dapat dilakukan terhadap gejal fisik melalui perumusan kuantitatif dan hukum yang berlaku umum. 
  4. Hubungan antara ahli dan objek penelaahan sosial. Gejala fisik seperti unsur kimia bukanlah suatu individu, melainkan barang mati. Ahli imu alam tidak perlu memperhitungkan tujuan atau motif dari planet. Ahli sosial mempelajari manusia yang merupakan makhluk yang penuh tujuan dalam tingkah laku. Manusia bertindak sesuai dengan keinginannya dan mempunyai kemampuan untuk melakukan pilihan atas tindakan yang akan diambilnya.

Pokok Pikiran :

Ilmu –ilmu sosial telah menjadi arena bagi sejumlah kritik, dimana kritik yang dikemukakan adalah bermacam-macam, mulai keraguan tentang kegiatan ahli ilmu-ilmu sosial karena ilmu –ilmu sosial adalah tidak mungkin samapi kepada rasa ngeri terhadap kegiatan ahli ilmu –ilmu sosial karena terlalu banyak pengetahuan sosial yang akan membahayakan kebebasan manusia. Disamping itu berbagai pendapat kritikus tentang beberapa perilaku manusia yang terlalu kompleks untuk diterangkan oleh ilmu pengetahuan. 

  1. Kesalahan tentang Hakikat Ilmu. Kesalahan dalam hal ini adalah dimulai dari salah pengertian tentang ilmu. Beberapa anggapan bahwa fungsi ilmu adalah mereproduksi kenyataan, dan oleh sebab itu maka ilmu yang tidak berhasil melakukkannya adalah ilmu gagal. Pada hakekatnya kesalahan ini terletak pada kekacauan antara deskriptif dengan apa yang dideskripsikan. 
  2. Tuduhan terhadap ilmu-ilmu sosial. Tuduhan ilmu sosial dianggap gagal dalam memproduksikan atau memberi gambaran psikologis yang ekivalen, seringkali terjadi kegagalan dalam membedakan antara pernyataan beserta sistematika terhadap gejala sosial. Untuk menentukan berbagai macam argumentasi tuduhan metode keilmuan tidak mampu menagkap gejala sosial dan manusiawi terdapat beberapa tahap. Setiap gejala mempunyai keunikan yang sama seperti gejala atau bentuk sosial
  3. Tentang pemunculan ( emergentisme ). Pada prinsipnya peristiwa dalam gejala sosial tidak dapat diramalkan karena peristiwa-peristiwa itu dapat dibentuk berupa beberapa hukum sehingga pemunculan relatif kebenarannya tidak lagi diragukan dan gejala sosial daat digunakan sebagai metode keilmuan. Dalam menyusun thesis maka setiap peniliti membuktikan tidak ada hipotesis yang serupa yang telah dirumuskan sebelumnya.
  4. Verstehen. Verstehen adalah metode dalam memperoleh pengetahuan secara harfiah berarti pengertian yang mendalam. Dalam mengkaji masalah ini penting membedakan tentang metodologi dengan teknik antara pengesahan dan penemuan. Pada masalah sebenarnya adalah verstehen merupakan metode yang dapat diandalkan dalam proses pengesahan hepotesis gejala sosial, akan tetapi bukan berarti metode satu-satunya, sehingga perlu adanya metode-metode lain yang digunakan untuk mengesyahkan hipotesis 

Kesulitan-kesulitan : 

Dalam buku ini kami mempunyai kesulitan-kesulitan dalam memahami berbagai hal yaitu
  1. Kesulitan dalam memahami segi bahasa penulisan. Pada buku ini dijelaskan berbagai pembuktian –pembuktian tentang macam perbedaan antara ilmu alam dan ilmu sosial dan berbagai metode ilmiah yang dikritisi oleh para ahli yang belum bisa menerima keberadaan gejala sosial
  2. Kesulitan dalam sistematika penulisan. Sistematika penulisan pada buku ini sangat komunikatif akan tetapi beberapa tanda hubung seperti koma dan titik yang kami rasa kurang tepat akan menimbulkan pemahaman ganda.
  3. Kesulitan dalam alur penjelasan. Alur dalam buku ini sebenarnya sangat runtun akan tetapi terdapat beberapa alur pembahasan yang diulang-ulang, terkadang ada beberapa kata yang merujuk dengan penjelasan sebelumnya dengan memberikan kata penghubung seadanya.

Kesimpulan : 

Dalam kajian ilmu pengetahuan ada fakta sosial dan ada definisi sosial. Ilmu alam bertugas mengkaji fakta sosial yang empirik, sedangkan ilmu sosial dan ilmu humaniora bertugas mengkaji definisi sosial yang abstrak dan simbolik. Perbedaan objek material antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial juga berbada, sehingga berbeda pula dalam metode dan cara memperoleh ilmunya. Dalam filsafat ilmu bisa dikatakan bahwa, jika ontologinya berbeda, maka epistemologinya pasti berbeda.
Terlepas dari perdebatan mengenai bidang ilmu mana yang lebih cepat berkembang dan lebih maju, baik ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial tetap dibutuhkan manusia dalam kehidupan ini. Dilihat dari landasan berpikir, objek material, kajian, dan fungsinya yang berbeda, seharusnya baik ilmu alam maupun ilmu sosial mampu saling mendukung. Penjelasan mengenai perbedaan keduanya dimaksudkan untuk menunjukkan batas keduanya dan menunjukkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi dalam suatu hubungan timbal balik yang sepadan.